Sunday, July 19, 2009

Memutuskan Berhaji

MIMPI DAN KEYAKINAN
Mungkin saya bukanlah orang yang rasional, seperti yang pernah di bilang oleh suami. Tipe saya (berdasarkan kuisioner yang pernah saya isi untuk mengetahui kepribadian) adalah seorang pemimpi yang berbakti. Mungkin benar adanya, saya memiliki banyak mimpi dan saya ingin mewujudkannya, salah satunya adalah berhaji selagi masih muda. Saya percaya kepada keajaiban-keajaiban, saya sangat percaya pada do’a, pada hal-hal diluar nalar manusia, karena Allah begitu luar biasa kuasa, luar biasa berkehendak. Kun Fayakun. Jadilah apa yang dikehendaki Nya dengan semudah-mudahnya, lebih mudah dari membalikkan kedua tangan.

Percaya atau tidak, keajaiban-keajaiban itu akan muncul di kala tangan kita sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi, rasa pasrah membuat Allah turun tangan membantu dan menunjukkan kuasanya.

Christhoper Columbus tentu tidak akan pernah menemukan benua Amerika, kalau saja dia tidak memiliki mimpi untuk menemukan daratan timur dengan berlayar ke barat. Perjalanan laut dan terobang-ambing selama 33 hari dengan bekal yang telah habis pasti akan menyurutkan nyalinya, kalau saja dia tidak yakin bahwa Tuhan telah menunjuknya sebagai pengubah dunia. Yah dunia tentu saja jadi berubah dengan ditemukannya benua Amerika ini. Berbeda dengan Talavera, seorang ilmuwan yang hidup pada saat itu, ketika mengetahui impian Columbus, dengan sombongnya menganggap Columbus sebagai orang bodoh yang tak memiliki otak, menghayalkan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Di kemudian hari kita sadar, apalah gunanya seorang Talavera, karena seorang ilmuwan yang tidak memiliki impian tidak akan menghasilkan apa-apa.

Atau lihatlah Muhammad, pemuda 23 tahun itu mampu membebaskan Konstantinopel, beliaupun dijuluki Al Fatih, Sang Penakluk. Tahukah saudara apa yang membuat seorang anak muda ini begitu bersemangat?
Semua itu tak lain karena impiannya, untuk mewujudkan ramalan Rosulullah ratusan tahun sebelumnya, bahwa "Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (HR. Ahmad bin Hanbal Musnadnya)

Dan Sultan muda ini memimpikan bahwa pemimpin yang dimaksud Rosulullah itu adalah dirinya. Beliaupun berusaha terus menempa dirinya untuk menjadi sebaik-baik pemimpin dengan tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya. Sedangkan pasukan yang berada di bawah komandonya tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Itulah sebaik baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan.
Dan semua akan terjadi begitu saja, seperti impiannya. Subhanallah delapan abad kemudian, ramalan Rasulullah pun terbukti. Sultan muda dari kerajaan Turki Utsmani itu berhasil menuntaskan amanat Rosulullah dengan menaklukkan Konstantinopel..

Dua contoh di atas bisa menjadi bukti, bahwa hal-hal yang sepertinya tidak mungkin dan berada di dunia awang-awang akan menjadi kenyataan kalau kita yakin dengan kebesaran Allah. Itulah yang saya rasakan sampai Allah memanggil kami menjadi tamu di rumah Nya, baitullah di Makkah. Alhamdulillah.

Jadi tidak ada yang tidak mungkin bila kita telah bersepakat dengan kekuasaan Allah. Banyak orang yang “tiba-tiba” saja bisa berangkat ke baitullah, bila mereka telah berniat, bertekad dan memutuskan untuk haji.

ALLAH MAHA KAYA
Kesepakatan saya dengan kekuasaan Allah sungguh-sungguh terbukti ketika kami telah memutuskan untuk mendaftar haji dan tidak lagi memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain. Tiba-tiba saja Allah mengucurkan rezeki begitu deras bagi kami, selain beasiswa kuliah suami di Australia yang bisa kami tabung separuhnya, suami juga mendapat proyek riset dari orang Singapura yang sedang belajar di Canberra. Yang sangat saya syukuri, sayapun bisa mengerjakannya di tengah kesibukan merawat anak pertama saya yang kala itu berusia 1,5 tahun, saya juga dalam kondisi hamil anak kedua sampai si adik terlahir ke dunia. Pekerjaan riset ini bisa saya kerjakan di rumah. Sangat mudah bagi kami, tapi mungkin sulit bagi mereka, bule-bule itu. Saya dan suami hanya diminta memindahkan tulisan pego (arab gundul) berbahasa melayu ke dalam tulisan latin. Tulisan pego itu terdapat dari surat kabar bahasa Melayu tahun 1915-1930an. Wah seperti mendapat durian runtuh, bagi saya yang besar di pesantren tentu pekerjaan ini sangat menyenangkan. Biasanya suami mencari dan mengeprint surat kabar lawas itu di kampus, lalu saya terjemahkan di rumah. Kuliah suami juga tidak terganggu dengan pekerjaan ini karena istrinya banyak membantu. Tentu saja honornya lumayan besar bila di kurskan dalam rupiah. Saya bisa mengantongi 400 ribu per halaman, dan karena hanya memindahkan tulisan, bukan menerjemahkan, maka membutuhkan waktu tidak lama, hanya 15 sampai 20 menit. Dalam sehari saya bisa mengerjakan 2-3 halaman, ini berlangsung sekitar 6 bulan. Selain pekerjaan riset ini, kami pun semakin bersemangat mencari uang, suami mendapat kerja sampingan sebagai cleaning service di sebuah akademik, pernah juga menjadi letterbox deliverer (pengantar brosur). Saya ingat betul bagaimana suami saya menjadi kurus karena banyak berjalan dan berlari selama menjadi loper, tapi dia bilang menjadi loper adalah olah raga yang menguntungkan, selain dapat uang, badan jadi sehat dan anggap saja sebagai latihan untuk persiapan haji, bukankah haji membutuhkan banyak jalan dan fisik yang kuat?

Saya pun terkadang menerima childcare di rumah, untuk anak-anak Indonesia yang ditinggal orang tuanya kuliah atau kerja. Memang capek, rumah jadi berantakan, tapi saya justru mendapat berkahnya, anak-anak saya jadi punya teman, dan kadangkala orang tuanya membuatkan banyak makanan untuk kami. Saya tidak perlu masak lagi kan?

Aakhirnya terkumpullah dana untuk berhaji dan yang luar biasa kami bisa membeli rumah dari sisa tabungan kami. Bahkan ketika saatnya berangkat haji kami berangkat dari rumah sendiri di Depok, sebuah rumah yang sebelumnya kami takutkan tidak akan memilikinya bila tabungan kami dipakai untuk pergi haji. Bisa jadi ketika kami tidak memutuskan untuk berhaji saat itu mungkin kami belum memiliki rumah sampai sekarang. Sepertinya keputusan untuk mendahulukan haji itulah yang menyebabkan Allah memberi hadiah rumah bagi kami. Pergi haji bonus rumah, alangkah pemurahnya Tuhan kami. Alhamdulillah

PERTOLONGAN ALLAH ITU DEKAT
Sungguh apa yang saya ceritakan di atas hanyalah sebuah keinginan untuk berbagi, bagaimana kuasanya Allah dalam mengatur hamba-hambamya. Seorang saudara pernah menyarankan “bukalah segera tabungan haji, Allahlah yang akan menggenapkan” Saya telah merasakan kenyataan itu. Dan betapa banyak orang lain yang merasakan keajaiban ini. Bagaimana seorang yang begitu menggebu keinginannya untuk pergi haji, bisa berangkat dengan mudahnya, bahkan sampai pergi haji gratis. Ada yang berangkat dibiayai kantor, karena mendapat tugas liputan, menjadi petugas haji atau menjadi petugas medis, ada juga yang mendapat hadiah dari bank atau menang undian haji. Bisa juga naik haji karena ada seorang dermawan yang memberangkatkan kita.

Hal ini pernah terjadi pada ibu saya sendiri, ada seorang kenalan ibu saya yang menabungkan uangnya untuk berhaji, ini terjadi karena ibu saya seorang pembimbing haji. Kenalan ibu telah berniat haji kalau uangnya telah mencukupi, tapi ketika uangnya telah mencapai 20 juta, tiba-tiba saja dia memutuskan untuk tidak berangkat dan uangnya diberikan begitu saja kepada ibu saya untuk dipakai pergi haji. Saat itu ibu tidak habis pikir dengan keputusan kenalannya ini, tapi dia memaksa karena tidak mungkin dia berangkat dengan kondisinya saat itu, sering sakit dan tidak ada suami. Dia terus memaksa ibu untuk menggantikannya, Subhanallah, mungkin itu adalah balasan baik Allah kepada ibu saya yang telah membimbing banyak jamaah haji dengan tulus dan senang hati. Itulah hadiah untuk ibu saya, yang saya tahu pasti bagaimana cinta dan rindunya beliau kepada tanah haramain.

Yakinlah, semuanya mungkin saja terjadi, yang pasti Allah tidak akan membiarkan hambanya yang berniat mulia untuk berhaji tanpa pertolongan dari Nya. Allah benar-benar memudahkan hambanya yang ingin memenuhi panggilan suci Nya. Semoga sebentar lagi giliran anda saudaraku!

JANGAN TUNDA LAGI
Lalu apa yang terjadi jika kita masih saja menunda-nunda keputusan untuk berhaji sedang secara materi, fisik dan spiritual kita sebenarnya telah siap? Beberapa cerita dan kisah di bawah ini bisa kita jadikan pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk segera memutuskan pergi haji jika dinilai telah siap. Sungguh apa-apa yang terjadi pada diri kita tidaklah tetap sama. Roda kehidupan selalu berputar, suka duka, kaya miskin, sehat sakit pasti menggiliri setiap manusia. Ada saat kita berada di atas, ada saat pula berada di bawah. Kita tidak tahu akankah sebuah kesempatan bisa berulang lagi dan yang pasti kita pun tidak tahu kapan ajal menjemput. Rosulullah pun telah berpesan pada kita untuk mengingat lima perkara sebelum lima perkara. Sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.

Seorang teman menceritakan tentang ayah ibunya yang sampai saat itu belum pergi haji juga, padahal secara materi mereka telah mampu, fisik masih sehat, dan anak-anaknya pun telah beranjak remaja yang tentunya tidak terlalu dikhawatirkan bila ditinggalkan dalam waktu relatif lama Tapi entah karena sebab apa mereka masih saja mengurungkan niat untuk berhaji. Sampai suatu saat sang ibu mengalami kecelakaan yang mengharuskannya istirahat dalam waktu cukup lama dan membutuhkan perawatan serta terapi khusus untuk memulihkan kesehatannya seperti semula. Akhirnya merekapun mengingat akan kewajiban berhaji saat mereka menyadari bahwa biaya yang dikeluarkan untuk kesembuhannya setara dengan ongkos dua orang naik haji. Allah mengingatkan mereka dengan cara Nya sendiri, dan sepantasnya mereka bersyukur karena kesempatan yang masih diberikanNya, hanya dalam waktu satu tahun stelah sembuh dari sakit, mereka bisa mendaftar sebagai jamaah haji. Tentu saja kali ini mereka bersegera, dengan segenap keyakinan dan tanpa pikir panjang lagi.

Namun yang terjadi dengan seseorang di tempat lain sangatlah berbeda, dari cerita diketahui betapa terhormatnya dia dengan kekayaan dan ilmu agamanya, dia seorang pengusaha dan keturunan kyai, namun sayang ketika harta dan kesehatan ada dalam dekapan tak juga dia menunaikan ibadah haji. Akhirnya kesempatan itu pergi begitu saja, karena saat dia berkeinginan kuat untuk pergi haji usahanya terus mengalami penurunan dan usia pun semakin senja. Sampai ketika Allah memanggilnya, keinginan melihat baitullah tak kunjung terobati, penyesalan di dada disampaikannya pada anak cucunya. Berhaji janganlah ditunda-tunda, begitulah pesan terakhirnya.

No comments:

Post a Comment